-->

Silsilah Keturunan Raden Trunodjojo Madura Tahun 1956

Tjakraningrat I banjak putera. Didalam rangka mempunjai tulisan ini jang penting adalah R. Malujo, ajah Raden Trunodjojo dan R. Undakan jang kemudian terkenal dengan nama Tjakraningrat II.

Tjakraningrat I sebagai telah diterangkan mempunjai dua orang isteri. Jang pertama ia itu adik Sultan Agung, dan jang kedua Ratu Ibu keturunan Sunan Giri. 

R. Malujo jang tewas didalam peristiwa Pangeran Alit, mempunjai kedudukan penting di Keradjaan Mataram pada waktu dipimpin oleh Amangkurat I. Beliau mendjabat Menteri Anom. Pada zaman sekarang dapat disamakan dengan Wakil Perdana Menteri I.

R. Malujo mempunjai putera bernama Nila Prawata, jang kemudian terkenal dengan nama R. Trunodjojo. 

Didalam peristiwa Pangeran Alit jang terdjadi pada tahun 1647, R. Malujo digambarkan sebagai seorang jang gagah perkasa, pun demikian pula dilukiskan oleh van Goens mengenai peranan ajah R. Trunodjojo. Nama R. Malujo didalam hubungan ini diabadikan dengan adanja desa merdekan Maladja. Desa ini terletak di Ketjamatan kota Bangkalan, tempat kuburan para pedjuang (Strijders). 

Didalam suratnja kepada Gubernur Djenderal Rijeklor van Goens dan Laksamana Speelman, Amangkurat II menerangkan bahwa ibu R. Trunodjojo berasal dari Madura (Daghregister 15 April 1680 muka 176).

Menurut tjeritera atau dongeng jang tersiar di Madura ibu R. Trunodjojo adalah seorang puteri dari Sumenep keturunan Djokotole.

Pada waktu mudanja Trunodjojo mendapat didikan di Kraton Mataram. Daghregister 14 - 5 - 1679 menerangkan tentang pemeliharaan Trunodjojo oleh Susuhunan. 

Trunodjojo beristeri dua orang. Isteri pertama adalah puteri R. Kadjoran atau Pangeran Rama, isteri jang kedua adalah puteri Amangkurat I.

Dari Sumber Djawa maupun Belanda tidak ada keterangan jang pasti mengenai ibu R. Malujo, Maka dari itu oleh Dr. W. F. Stapel didalam bukunja "Gesehiedenis Van Nedcrlandsch Indi6 bagian 3" dinjatakan bahwa R. Malujo adalah putera dari Tjakraningrat I diluar perkawinan.

Pernjataan ini dipandang dari sudut analisa sedjarah (historisch rekonstruksi) tidak kuat, oleh karena tidak disertai dengan keterangan-keterangan lain jang dapat diterima. 

Dr. Stapel mempunjai tudjuan tertentu ialah merendahkan nama Trunodjojo dan ajah Trunodjojo.

Seorang anak jang lahir diluar perkawinan disebut anak djadah. Anak sematjam ini adalah anak sial menurut pandangan umum pada waktu itu. Masjarakat menganggap seorang anak djadah tidak sebagai anggautanja, mereka adalah di luar masjarakat.

Dapatkah seorang anak djadah seperti pandangan dari sardjana-sardjana Belanda didalam rangka alam fikiran masjarakat Djawa atau Madura mendapat kedudukan jang tinggi di Keradjaan Matatam sebagai Menteri Anom. 


Bilamana R. Malujo anak djadah, R. Trunodjojo adalah anak dari seorang bapak jang disukai oleh masjarakat. 

Djika ini benar, tidak mungkin Trunodjojo mendapat pendidikan jang terhormat didalam Kraton Keradjaan Mataram. 

Nama Malujo tidak akan diabadikan dengan adanja desa Maladja, bilamana beliau tergolong kepada "anak djadah". 

R. Trunodjojo mendapat pendidikan di Kraton Karta oleh karena ada hubungan diantara Trunodjojo dan penghuni Keraton tersebut.

Baca juga : Tari seni Perang Orang Madura 

Sebagaimana diterangkan isteri pertama dari Tjakraningrat I adalah adik Sultan Agung. 

R. Malujo adalah putera Tjakraningrat I. Melihat kedudukan Malujo sebagai Menteri Anom dan pendidikan jang didapat oleh Trunodjojo didalam Kraton satu sama lain mejakinkan bahwa Malujo adalah putera Tjakraningrat I dengan isterinja adik Sultan Agung. 

Trunodjojo mempunjai 2 orang putera, perempuan dan laki-laki. Jang perempuan kawin dengan Kraeng Galesung menurunkan seorang anak. Ibu dan anak ini mati sebelum Trunodjojo menjerah kepada Tjakraningrat II...