Alat Bahan Perlengkapan Membatik dan Proses Membatik
Alat-alat perlengkapan yang diperlukan untuk membatik dari dulu hingga kini tidak banyak perubahan. Hanya sedikit yang mengalami modifikasi sesuai dengan perkembangan teknologi.
Alat untuk membuat batik yang berupa canting, misalnya, kini telah ada canting elektronik yang menggunakan tenaga listrik.
Sebagai kerja seni tradisional, membatik lebih banyak menggunakan alat-alat tradisional yang diwariskan oleh para leluhur.
Itulah sebabnya, batik tulis termasuk hasil karya tradisional yang dapat ditemukan hampir di seluruh wilayah Indonesia dari sabang sampai merauke. Tidak salah bila UNESCO menetapkan batik sebagai warisan budaya asli Indonesia.
{tocify} $title={Daftar isi :}
Alat, Bahan dan Proses yang Digunakan Untuk Membatik
1. GAWANGAN
Gawangan adalah perkakas menyangkutkan dan membentangkan mori sewaktu dibatik. Gawangan terbuat dari kayu atau bambu. Gawangan harus dibuat sedemikian rupa hingga kuat, ringan, dan mudah dipindah-pindah.
Tinggi gawangan sekitar 50 cm dan panjang bilah sekitar 1 meter. Alat membatik ini biasanya terbuat dari bahan besi, kayu, atau bambu. Ketiga bahan tersebut sering dijumpai di sentra-sentra batik maupun di museum-museum yang mempunyai koleksi tentang perbatikan.
Gawangan |
Fungsi utama gawangan tentu saja sebagai tempat untuk menaruh kain yang akan diberi pola batik dan proses pembatikan awal, yakni menorehkan lilin atau malam ke kain dengan alat bantuan canthing. Kain yang akan diberi pola atau proses pembatikan pada umumnya disampirkan ke gawangan.
Setelah itu pembatik bisa memulai dari ujung kain untuk kemudian memberi pola dan melakukan proses pembatikan awal. Demikian seterusnya hingga proses pembuatan pola dan pembatikan awal selesai dilakukan.
2. BANDUL
Bandul |
3. WAJAN
4. KOMPOR
Kompor |
5. TAPLAK
6. SARINGAN MALAM
Saringan Malam |
Ada bermacam-macam bentuk saringan, semakin halus semakin baik karena kotoran akan semakin banyak tertinggal. Dengan demikian, malam panas akan semakin bersih dari kotoran saat digunakan untuk membatik.
7. CANTING
Terdapat tiga macam bagian pada canting :
- Gagang yang terbuat dari bambu agar ringan dan mudah digunakan untuk melukis motif batik;
- Cucuk atau yang disebut juga carat yaitu tempat keluarnya cairan lilin ketika canting digoreskan ke kain.
- Nyamplungan yaitu lubang cekung untuk menyimpan lilin cair.
- Cucuk satu atau canting cecekan
- Cucuk dua atau canting lorom
- Cucuk tiga atau canting telon
- Cucuk empat atau canting prapatan
- Cucuk lima atau canting liman
- Cucuk tujuh atau lebih yang disebut juga canting byok
- Canting galaran atau renteng yang bercucuk genap dan berbentuk susun
Cucuk dapat juga dibedakan berdasarkan ukurannya, sehingga ada cucuk kecil, sedang dan besar. Jika berdasarkan fungsinya,cucuk dibedakan dua jenis, yaitu canting isen,yang mempunyai cucuk untuk mengisi bagian motif batik yang harus diisi dengan warna di semua bagian.Ada juga canting reng-rengan yaitu canting untuk membentuk garis-garis pada kain.
Dengan ditemukannya berbagai alat dan cara yang lebih modern untuk membatik, saat ini terdapat juga canting elektronik.Seperti juga canting tradisional, canting ini memiliki gagang dan lubang tempat menampung cairan lilin, serta memiliki kelebihan lain,yaitu alat untuk mengkontrol suhu canting
8. Canting Elektrik
Waktu yang dibutuhkan untuk menciptakan satu kain batik tulis sekitar 2-3 bulan, jelas lebih lama daripada batik print yang hanya membutuhkan waktu dua minggu saja.
Namun batik tulis memiliki mutu yang lebih baik dan keunikan yang tetap tak lekang oleh zaman. Banyak orang yang dengan sukarela membeli batik tulis walau harganya lebih mahal.
9. KAIN MORI
Mori adalah bahan baku batik yang terbuat dari katun. Kualitas mori bermacam-macam dan jenisnya sangat menentukan baik buruknya kain batik yang dihasilkan.
Mori yang dibutuhkan disesuaikan dengan panjang pendeknya kain yang diinginkan. Tidak ada ukuran pasti dari panjang kain mori karena biasanya kain tersebut diukur secara tradisional. Ukuran tradisional tersebut dinamakan kacu. Kacu adalah sapu tangan, biasanya berbentuk bujur sangkar.
Jadi, yang disebut sekacu adalah ukuran persegi mori, diambil dari ukuran lebar mori tersebut. Oleh karena itu, panjang sekacu dari suatu jenis mori akan berbeda dengan panjang sekacu dari mori jenis lain.
Namun dimasa kini, ukuran tersebut jarang digunakan,. Orang lebih mudah menggunakan ukuran meter persegi untuk menentukan panjang dan lebar kain mori.
Ukuran ini sudah berlaku secara nasional dan akhirnya memudahkan konsumen saat membeli kain batik. Cara ini dapat mengurangi kesalahpahaman dan digunakan untuk menyamakan persepsi di dalam sistem perdagangan.
10. MALAM / LILIN
Malam ynag dipergunakan untuk membatik berbeda dengan malm (lilin) biasa. Malam untuk membatik bersifat cepat diserap kain, tetapi dapat dengan mudah lepas ketika proses pelorodan.
11. DHINGKLIK / TEMPAT DUDUK
Fungsi alat dhingklik sama dengan kursi, sebagai tempat duduk, hanya saja dhingklik biasanya tidak ada sandarannya. Alat yang satu ini pun biasanya juga dibuat dari bahan kayu atau bambu.
Tinggi dhingklik bervariasi, mulai dari 5 cm hingga 15 cm, disesuaikan dengan postur tinggi pembatik dan sedapat mungkin membuat nyaman bagi yang duduk.
Dengan duduk di dhingklik ini memungkinkan para pembatik lebih leluasa melakukan membatik. Namun demikian, ada kalanya pembatik tidak duduk memakai dhingklik, tetapi duduk lesehan di lantai beralaskan tikar.
12. PEWARNA ALAMI
Segala sesuatu yang alami memang istimewa, dan tekhnologi yang canggih pun tidak bisa menyamai sesuatu yang alami
Alat-alat di atas merupakan perlengkapan membatik yang harus tersedia. Proses membatik memerlukan waktu yang cukup lama, terlebih kalau kain yang dibatik sangat lebar dengan motif yang rumit.
Corak batik yang beraneka ragam dapat menghasilkan model baju batik yang indah. Dengan demikian, harga batik lebih banyak ditentukan oleh proses pembuatan, corak motif batik, bahan pewarna yang dipakai, dan bahan kain.