Sejarah Cakraningrat IV dan Keraton Kartasura
Setelah tiba di Panaraga pada 8 Juli 1742, para tumenggung mengusulkan agar sunan pergi meminta bantuan kepada VOC di Semarang lewat Mataram dan Kedu. Salah satunya Tumenggung Suranrata akan memimpin perjuangan untuk merebut kembali Kartasura, hal ini didukung oleh Adipati Madiun Martalaya dan Suwadiwirya.
Namun bila Sunan yang melakukan perjalanan menuju keraton di Surabaya, putra mahkota yang tinggal di Panaraga akan dinobatkan menjadi raja. Sehingga sunan pun menugaskan Kapten Hohendorff untuk meminta bantuan VOC di Semarang melalui Surabaya. Pada 10 Juli 1742 Aria Martalaya, Aria Amadiwirya penguasa Madiun yang telah menyerah kepada sunan pindah ke Panaraga.
Dengan bantuan dari para penguasa tersebut kaum pemberontak di Kartasura menyerahkan pemerintahannya kepada Sunan Kuning, dan belum sampai waktu sebulan kampanye yang dilancarkan Adipati Suradiningrat telah meobilisasikan pasukan diwilayah mancanagara timur. Setelah itu kemudian pasukan sunan yang dipimpin oleh Adipati Suradiningrat pun berangkat menuju Karaton Kaduwang, pos terdekat pertahanan pasukan sunan.
Dengan kekuatan yang dihimpunnya pun mereka meminta izin kepada VOC untul menyerang Keraton Kartasura, yang mana disana sedang terjadi perebutan kekuasan antara Martapura dan Mangunoneng yang berdiam-diam berkomplot dengan VOC untuk menduduki Pati. Kekuatan Mangunoneng yang lainnya juga adalah pasukan yang dipimpin oleh Mangunoneng berhasil menduduki Madiun.
Disini terlihat bahwa inilah titik balik bagi kekuatan Sunan Kuning, situasi ini juga menguntungkan Pakubuwana II. Suradiningrat sendiri melaporkan bahwa ketika pertempuran di Madiun pasukannya terpaska mundur karena tidak mampu menahan laju pasukan Cina dari pihak Sunan Kuning.
Namun beruntung Mas. Brahim ( keturunan Surapati ) yang meduduki Caruban memberikan tawaran untuk mengirimkan 1000 prajurit, akan tetapi ia lebih mempercai VOC. Akibatnya kekuatan Suradingrat dapat dikalahkan oleh pasukan Cina dan Kartasura dalam pertempuran di Magetan. Dalam kondisi yang gawat ini terpikir kembali untuk meminta bantuan dari VOC di Surabaya.
Baca juga : Akhir Riwayat Cakraningrat IV
Selain itu Pakubuwana II dinilai telah melakukan penyimpangan karena melakukan perkawinan yang dilarang dalam tradisi raja-raja Mataram. Menurut Babad Pacina, Ratu Ageng mengirimkan bantuan kepada Pakubuwana II dan melalui Cakraningrat IV di Madura. Alhasil pasukan Sunan Kuning berhasil dipukul mundur oleh pasukan gabungan dari Madiun dan Surabaya. Kemudian pasukan ini pun terus melaju ke arah Kartasura dan pasukan Sunan Kuning pun berkonsentrasi di Grompol.
Ada hal penting yang bisa kita lihat disini, adalah alasan dari Cakraningrat IV untuk membantu Pakubuwana II. Salah satu sumber yaitu Babad Madura mengatakan bahwa permintaan bantuan dari sunan ditolak oleh VOV karena kongsi dagang Belanda itu sedang berada dalam kondisi lemah, dan meneruskan permohonannya kepada Cakraningrat IV.
Untuk mengetahui motivasi Cakraningrat IV itu sendiri kita bisa melihatnya dari perkembangan hubungan antara sunan dan penguasa Madura tersebut.
Faktor-Faktor itu antara lain :
- Ambisi Cakraningrat IV untuk melepaskan diri dari kekuasaan Mataram dan menjadi vasal VOC
- Ambisi Cakraningrat IV untuk menguasai sebagian Jawa Timur
- Ambisi untuk menagih daerah-daerah yang dijanjikan VOC sebagai mas kawin
- Mengamankan daerah-daerah yang telah dikuasai dari ancaman lawan-lawan politiknya
- Membebaskan Madura dari penyerahan wajib kepada VOC
- Mendapakan sumber daya ekonomi untuk mencapai cita-citanya.
Pada tanggal 29 Agustus 1742, kekuatan cina dipesisir barat harus melepaskan Brebes akibat serbuan pasukan gabungan VOC, Jayaningrat III dari Pakalongan dan Aria Suralaya darI Brebes, hal ini telah menurunkan mental kaum pemberontak.
Akibatnya, orang-orang Jawa yang tergabung dengan Sunan Kuning mulai meninggalkan Kartasura dan mengungsi di wilayah yang telah dikuasai VOC karena dianggap lebih aman. Selain itu, mereka memilih Grompol sebagai basis pertahanan kekuatan Cina dan Sunan Kuning karena kawasan itu dinilai strategis, berada dijalur yang menghubungkannya dengan daerah basis perlawanan Cina di Grobogan, Pati dan Demak serta memiliki tanah yang subur sebagai lumbung tangan.
Kehebatan pengaruh Cakraningrat IV memang haruslah diakui, buktinya serangan pasukan Madura itu hanya dilakukan di bawah pimpinan para senapatinya tanpa keikutsertaan penguasa Madura. Sunan pun tidak dapat berbuat apapun dalam mengahadapi sikap keras kepala para pemimpin pasukan Madura.
Hal inilah yang menyebabkan Cakraningrat dapat meremehkan sunan dan memandangnya sebagai musuhnya karena dinilai telah berkhianat kepada VOC. Berdasarkan hal itulah Cakraningrat IV berusaha melepaskan diri dari kekuasaan Mataram dengan memohon kepada VOC agar diizinkan menjadi vasalnya.
Sumber :
Buku Perlawanan Penguasa Madura Atas Hegemoni Jawa : Relasi Pusat – Daerah pada Periode Akhir Mataram (1726 – 1745)