Asal Usul, Sisi Positif dan Negatif Karapan Sapi Madura
foto Instagram by @farisekopurnama
Karapan Sapi Madura - Karapan Sapi merupakan sebuah tradisi yang ada di pulau Madura dimana tradisi ini menjadi tradisi khas sebagai suatu kombinasi dari hiburan, perayaan rakyat dan pertunjukan yang sudah turun temurun dilakukan di Madura. dalam artikel karapan sapi kali ini saya akan mengulas mengenai hal positif dan negatif dari karapan sapi.
Asal Usul Karapan Sapi Madura
disebut karapan sapi karena dua pasang sapi jantan diadu
dalam kecepatan larinya dengan ditunggangi oleh satu joki dengan memakai
peralatan berupa pangonong dan kaleles (istilah dalam bahasa Madura). pasangan sapi yang paling
awal sampai digaris finish adalah pemenangnya.
Berdasarkan cerita yang berkembang di masyarakat Madura,
karapan sapi tak bisa lepas dari figur kyai Baidowi sebagai salah satu penyebar
agama islam di Madura terutama di Sumenep.
Sebagaimana yang diperintahkan oleh sunan kudus, Kyai
Baidowi berdakwah dengan cara mengajarkan masyarakat Madura sebuah pola unik
untuk bercocok tanam jagung. umur jagung hanya satu hari, begitu ditanam
besoknya langsung bisa dipanen.
Sudah bisa diduga masyarakat Madura sangat antusias belajar
bercocok tanam. kesempatan ini tidak disia-siakan oleh kyai Baidowi. beliau
mengajarkan nilai-nilai islam kepada mereka. ketika menancapkan tongkat ketanah
harus didahului membaca Basmalah, ketika memasukan benih jagung membaca kalimat
syahadat dan yang terakhir ketika panen mengucapkan syukur kepada Allah.
Dengan perantara kyai Baidowi lah masyarakat yang bercocok
tanam jagung semakin hari semakin bertambah. jadilah jagung menjadi makanan
pokok masyarakat Madura.
Perkembangan berikutnya, dikarenkan menggunakan
tenaga manusia dirasa kurang efektif, kyai Baidowi memiliki ide untuk
menggunakan hewan dalam bercocok tanam jagung, yaitu sapi. caranya adalah
sepasang sapi dilengkapi dengan pangonong dan nanggeleh atau
salageh, dan seorang petani memegang ujungnya, hal ini disebut asakak
oleh masyarakat Madura.
Bertani dengan cara ini cukup menyenangkan dan lebih cepat,
sehingga pada masa itu kehidupan masyarakat Madura semakin makmur. oleh karena
itu, Kyai Baidowi menyelenggarakan pesta panen dengan lomba lari sapi di alun-alun
yang diiringi iringan musik tradisional. sejak itulah istilah karapan sapi
mulai dikenal dan menjadi tradisi turun temurun serta budaya bagi masyarakat
Madura.
Sisi Negatif Karapan Sapi Madura
Karapan sapi masa kini sangat jauh berbeda dan bergeser
dari tradisi aslinya di masa lalu, bahkan bisa dikatakan kerapan sapi sangat
erat dengan sisi negatif, misalnya:
Pertama, unsur penyiksaan terhadap binatang yang dilakukan oleh joki
didepan ribuan penonton. Menyiksa binatang jelas adalah perbuatan anarkis,
tidak manusiawi dan bertolak belakang dengan nilai andep asor, disamping itu juga bertentangan dengan ajaran agama.
Kedua,pemeliharaan sapi kerrap yang terkesan boros dan
berlebihan. Bahkan bisa melebihi biaya hidup pemilik, dan biaya yang didapat
saat memenangkan pertandingan tidak sebanding dengan pengeluaran untuk
memelihara sape kerrap.
Ketiga, karapan sapi sebagai ajang taruhan. Tak bisa dielakkan
lagi, dimana ada kerapan sapi mesti ada taruhan/judi. Taruhan diajang ini
dikatakan lebih bergengsi karena melibatkan banyak petaruh kelas kakap.
Keempat, carok dalam karapan sapi Madura. Dalam ajang ini sering terjadi konflik yang
bisa menelan korban jiwa, baik itu konflik antar petaruh atat antar pemilik
sapi. Tidak jarang konflik tersebut diselesaikan melalui carok.
Kelima, karapan sapi sebagai ajang praktik pelacuran dan mabuk-mabukan.
Meskipun karapan sapi digelar pada malam hari, tetapi keramaian telah dimulai
pada malam sebelumnya. Telah berdiri warung-warung disekitar lapangan yang
disediakan untuk pesta esek-esek dan
mabuk-mabukan.
Sisi Positif Karapan Sapi Madura:
pertama,
adanya
karapan sapi dapat melestarikan budaya dan tradisi Madura. Karena pada saat
acara berlangsung juga ditampilkan tarian adat dan musik tradisional Madura.
Kedua,
karapan sapi dapat mengembangkan pariwisata Madura. Kedatangan wisatawan
domestik atau mancanegara disamping memberikan keuntungan secara ekonomis, juga
bisa mengenalkan kepada mereka kekayaan alam Madura kepada orang luar.
ketiga,
keuntungan
dari segi ekonomis dibuktikan dengan adalanya pelaksanaan karapan sapi piala presiden
yang mampu menyedot ribuan pengunjung baik lokal maupun mancanegara. Dengan adanya
karapan sapi piala presiden ini pundi-pundi keungan bagi masyarakat sekitar
semakin terbuka.